Dipenghujung abad 19 konon ceritra yang pertama kali membuka perkebunan kopi rakyat berasal dari daerah Pamijahan Tasikmalaya. Difasilitasi oleh ahli pertanian Belanda, baik cara bercocok tanam Kopi (budidaya) maupaun penyediaan Bibit Kopi itu sendiri, dalam mengolah tanah pun para petani menggunakan alat-alat tradicional yang terbuat dari vahan pohon enau (Aren) yang dinamakan “ BARERA ”. dengan harapan pihak Belanda akan mengangkut hasil produksi Kopi dan Rempah-Rempah lain hasil daerah sekitarnya yang dibeli dengan harga patokan dari Belanda. Dari mulai panen pertama diangkut kesebuah kampung yang telah disediakan sebagai gudang penyimpanan kopi sementara sebelum diangkut ke Batavia melalui Bandung dengan menggunakan Pedati, dan kemudian diangkut dari Batavia dengan menggunakan Kereta Api. Oleh karena itu gudang penyimpanan kopi tersebut di atas menurut bahasa Sunda berarti Panundaan. Areal pertanian terluas dipusatkan di blok gudang persil 185, kemuidan tersebar pada daerah sekitarnya, hingga saat ini gudang penyimpanan disebutlah “ PANUNDAAN “. Sebagai bukti kampung Panundaan ini pernah menjadi areal perkebunan kopi rakyat, pada saat masyarakat disekitar blok tersebut menggali tanah untuk dibuat kolam atau bangunan lainnya, ditemukan sisa akar-akar pohon kopi yang tertimbun tanah. Demikian ceritra yang disampaikan oleh narasumber keluarga besar Sastrawiria yang secara kebetulan berasal dari Pamijahan